A. Latar Belakang
Manusia dalam sejarahnya selalu hidup berkelompok dan berusaha mengembangkan kelompoknya dengan menciptakan seni dan hasil pemikirannya. Hal tersebut telah dibuktikan oleh bangsa Indonesia dengan ekstensinya kesenian yang tinggi dengan bukti-bukti adanya berbagai peninggalan sejarah kesenian nenek moyang kita baik fisik maupun nonfisik, dalam kondisi yang berbeda-beda sesuai lingkungan masing-masing.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk yaitu terdiri dari ratusan suku bangsa yang memiliki latar belakang yang berbeda baik sejarahnya, sosial cultural dan lingkungan. Perbedaan tersebut akan memberikan corak atau variasi-variasi tertentuyang bersifat local berupa adat dan kebiasaan-kebisaan hidupnyadisetiap daerah, selain itu seni merupakan warisan bangsa yang harus tetap dipelihara, dibina dan dikembangkan sesuai dengan ruang waktu.
Kesenian masing-masing daerah di Indonesia sebagai aktivitas kelompok masyarakat dalam menciptakan suatu kreasi seni dalam hidupnya. Tantangan yang dihadapi dan dalam kondisi yang serba tergantung kekuatan dan kondisi alam masing-masing daerah, namun dengan adanya tantangan tersebut membuat masyarakat berkembang pola pemikiran mereka tentang adanya kekuatan megis/supranatural. Dalam konteks inilah manusia yang memiliki kecendrungan untuk terus berkembang ke arah kemajuan dengan mengikuti perkembangan zaman.
Suatu kebijaksanaan pembinaan kesenian hendaknya menggali tentang proses terjadinya suatu seni agar memperoleh akar yang membumi. Dalam artian tetap berpijak pada realitasnya menuju masa depan yang kuat. Dalam rangka inilah perlunya mempelajari warisan seni yang tidak terkecuali dalam mengkaji tarian Lumense sebagai kesenian masyarakat Kabaena.
Adanya keyakinan terhadap kekuatan yang ada diluar manusia yang berupa kekuatan megis dan berbagai konsekwensinya terhadap kehidupan manusia merupakan manifestasinya di mana pelaksanaan tarian Lumense tersebut, sehingga pada masa lampau tidak saja menjadi keharusan untuk pelaksanaan tarian Lumense, tetapi juga sebagai tradisi sampai sekarang ini. Dalam perjalanan panjang itu yang telah melewati fase transformasi dan perbenturan sebagai konsekwensi kebudayaan/kesenian baru (Islam) juga terlihat pada tata cara pelaksanaan tarian Lumense.
Dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat Kabaena, memperlihatkan berbotagai dimensi sosial kemasyarakatan, dianataranya solidaritas sosial, antara anggota masyarakat,gotong royong,persatuan dan sifat kolektifitas dan menghilangkan sifat-sifat individualitas ,tetapi apakah dalam pelaksanaan Tarian ini memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai yang sifatnya religius?Hal ini memerlukan penelitian secara ilmiah,karena hingga sekarang ini Tarian ini tetap dilaksanakan dilingkungan masyarakat Kabaena.dengan kondisi masysrakat penganutnya yang senantiasa dinamis mengikuti gerak dan perjalanan waktu ke waktu,bersama dengan pelaksanaannya tetap masih dilaksanakan.Dalam kondisi ini apakah pelaksanaan tarian lumense hanya merupakan acara ritual semata atau terdapat dimensi yang lebih utama.
Sejalian dengan hal tersebut di atas,sampai saat ini penelitian yang mengangkat tentang bagaimana proses pelaksanaan tarian lumense,alat-alat apa yang di gunakan dalam tarian tarsebut,serta nilai-nilai apa yang terkandung dalam pelaksanaan tarian lemense di kalangan masysrakat kabaena?sepengetahuan penulis belum ada yang mengangkatnya.Atas dasar inilah penulis termotivasi untuk mengkajinya dengan pendeskripsian yang mendalam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka yang menjadi m asalah penelitian ini adalah sebagian berikut :
1.Apakah yang melatarbelakangi pelaksanaan tradisi tarian lumense
2.Alat-alat apakah yang digunakan dalam tarian lumense
3.Nilai-nilai apakah yang terkandung dalam tarian lumense tersebut
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi data dan informasi tentang:
1.Hal-hal yang melatarbalakangi pelaksanaan tarian lumense
2Alat-alat yang digunakan dalam tarian lumense
3.Nilai-nilai apakah yang terkandung dalam seni tarian lumense
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
- Sebagai bahan masukan bagi upaya melestarikan kesenian nasional pada umumnya dan khususnya budaya Sulawesi tenggara,dalam hal ini tarian Lumense masyarakat Kabaena.
- Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha membina dan mengembangkan kesenian setempat dalam menunjang pembangunan di daerah.
- Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya apabila hendak mengadakan penelitian yang serupa.
E.Konsep Kebudayaan
1. Kerangka Teori
a. Konsep Budaya
Berbicara tentang kebudayaan berarti kita memasuki suatu ruang lingkup ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan segala aspek kehidupan manusia,dimana manusia sebagai subyek yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.Oleh karena itu,maka kebudayaan sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan secara integral melekat pada manusia,sebab manusia adalah sebagai wadah dan pendukung kebudayaan,atau dengan kata lain bahwa tidak ada masyarakat yang berbudaya,demikian sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat manusia.
Mengenai konsep kebudayaan timbul dari kebutuhan akan istilah yang memudahkan gambaran aspek-aspek umum dari bermacam-macam tingkah laku manusiayang berkembang demikian pesat.Clide Klockohn merumuskan konsep kebudayaan sebagai “semua rancangan hidup yang diciptakan secara historik,eksplisit,rasional,irasional dan nonrasionalyang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang bersifat potensial bagi tingkah laku manusia” (Soekanto,1988:80).
Asal kata kebudayaan itu sendiri ada beberapa pendapat para ahli dimana satu sama lain memberikan penafsiran yang berbeda-beda.Soekanto (1990:187) menyatakan bahwa “kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.kemudian istilah asing yang sama artinya dengan kebudayaan yaitu dari bahasa latin yaitu colere kemudian cultur,diartiakan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mngubah dan mengolah alam.
Senada dengan pendapat diatas juga dikemukakan oleh Koentjaranigrat (1981 : 181) bahwa “kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang berarti budi atau akal.
Berpijak dari kata buddhayah,maka koentjaraningrat (1981 : 180) memberikan defenisi kebudayaan sebagai “keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat,yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.Ahli sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan sebagai warisan sejarah atau tradisi.
Lebih jauh Santoso (1980 : 27) mengatakan bahwa kebudayan “merupakan cerita tentang perubahan-perubahan riwayat manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan yang sudah ada.
Selanjtnya Mulyana dan Rakhmhat (1990 : 19) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai tatanan“tatanan pengetahuan,pengalaman,kepercayaan,nilai,sikap,makna,hirarki,agama,waktu,peranan,hubungan luar,konsep alam semesta,objek-objek material dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.
Suryono Soekanto mengatakan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hukum,adat istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusuia sebagai anggota masyarakat.Hubungan kebudayaan dengan pola tingkah laku dengan Islam khususnya agama islam,pada dasarnya mengatur dua pola hubungan yakni hubungan manusia dengan Allah,hubungan manusia dengan manusiaserta manusia dengan alam sekitar.Pada hubungan manusia dengan Khalik menentukan pola tingkah laku manusia,karena itu manusia dengan Khalik bukan tidak dengan kebudayaan,bahkan kesempurnaan hubungan manusia dengan Khalik akan meningkatkan makna daripada kebudayaan.
Melihat beberapa pendapat diatas,pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama,tergantung dari sudut ilmu mna para ahli menyorotinya.Dengan demikian maka kebudayaan adalah merupakan suatu proses aktifitas manusia dalam upaya menyempurnakan hidupnya.Hal ini berarti bahwa budaya tidak statis,selalu mengalami perubahan (bersifat dinamis).
Berangkat dari pengertian kebudayaan diatas,maka koentjaraningrat (1981 : 186 – 187) membagi kebudayaan atas tiga wujud :
1.Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,gagasan,nilai-nilai,peraturan dan sebagainya.
2.Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari masyarakat manusia.
3.Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Ketiga wujud kebudayaan tersebut merupakan satu sistem yang saling berkaitan dan dimiliki oleh setiap masyarakat,karena ebudayaan itu sendiri pada dasarnya merupakan penjelman atau manifestasi pikiran dan perasaan manusia.Masyarakat manusia dan kebudayaan ibaratdwi tunggal yang tidak bisa dipisahakan,hal itu mengakibatkan bahwa setiap masyarakat manusia memiliki kebudayaan.Perbedaanya hanya terletak pada tingkat kesempurnaan namun demikian terdapat unsur-unsur kebudayaan yang mendasar yang mendasar yang bersifat universal yaitu menjadi atrtibut dari masyarakat di dunia.perbedaan tingkat kesempurnaan kebudayaan masyarakat yang satu dengan yang lainnya tergantung dari pengalaman-pengalaman pendukungnya.
Di Indonesia sendiri terdapat bermacam-macam suku bangsa yang mempunyai cirri-ciri kebudayaan tersendiri yang disebabkan oleh latar belakang masyarakatnya masing-masing berbeda.Akan tetapi bila kebudayaan dilihat dalam ruang lingkup yang lebih luas.maka pada hakekatnya memiliki unsur-unsur kebudayaan universal yang didapati pada semua masyrakat di dunia ini.
Unsur-unsur kebudayaan universal itu adalah:
1.Peralatan dan perlengkapan hidup manusia:
2.Mata pencaharian hidup manusia:
3.Sistem kemasyarakatan:
4.Bahasa:
5.Kesenian:
6.Sistem pengetahuan:
7.Religi:
Dilihat dari ketujuh unsur kebudayaan universal di atas,maka tari lumense merupakan salah satu unsur dari kesenian yang bersumber pada rasa keindahan.karena kesenian ini merupakan unsur kebudayaan universal maka jelas akan dijumpai pada setiap masyarakat.hanya saja corak dan ragamnya yang berbeda.seperti halnya tari lumense yang terdapat di Pulau Kabaena Kabupaten Bombana memiliki corak dan ragam tersendiri.
b.Sejarah Lahirnya Tarian Lumense
Sebelm membahas proses tahapan pelaksanaan tarian Lumense dan fungsi-fungsi tari Lumense dalam meningkatkan interksi masyarakat Kabaena maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan sejarah lahirnya tari Lumense.
Menyikap sejarah lahirnya kesenian Lumense berarti mengajak kita untuk melihst kembali peristiwa-peristiwa yang dialami oleh masyarakat kabaena dimasa lampau.
Pada masa lampau sekitar tahun 1691,Kabaena masih merupakan suatu daera pemukuman yang penduduknya hidup terpisah-pisah tanpa seorang raja yang ada hanya kepala suku.Kondisis semacam ini memungkinkan pertahanan dan keamanan masyarakat Kabaena pada waktu itu boleh dikata tidak ada sebab sifat kegotongroyongan masyarakatnya tidak Nampak bahkan leebih senang tinggal sendiri dan mengelola tanamannya.Keadaan semikian merupakan pola hidup tradisional masyarakat pedesaan dimana saja khususnya Kabaena.
Dalam kondisi yang demikian itu penjajahan di Indonesi makin merajalela,yang mana pada saat imperilisme Belanda di Indonesia sudah semakin meluas duseluruh kepulauan Nusantara.Seperti kita ketahui bahwa kedatangan bngsa Belanda di Indonesi pada umumnya adalah untuk mencari rempah-rempah yang sasaran utamanya seperti Maluku,sebagai penghasil cengkeh dan pala,Sumatera sebagai penghasil lada,Nusa tenggara sebagai penghasil kayu cendana dan lain-lain.
Kedatangan bangsa Belnda di Maluku tersebar kepelosok-pelosok daerah Maluku yang juga sampai di daerah Tobelo yang merupakan awal mula terjadinya kekacauan dan terbentuknya seni tari Lumense.
Perkembangan jumlah penduduk dengan berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi adalah tuntutan secaa alamiah dan manusiawi untuk dipenuhi.Pemenuhan tersebut hanya dapat dilaksanakan manakala masyarakat terintegrasi dalam bentuk organisasi sosial yang terpusat pada suatu ruang atau tempat.Dengan terbentuknya organisasi sosial masyarakat Kabaena membawa mereka untuk saling hubungan komunikasi yang menciptakan suasan harmonis sehingga dalam suasana seperti itu kesenian lumense mulai tercipta,namun pada seat itu kesenian Lumense belum bernama,lama-lama menjadi kebiasaan.
F. Metode penelitian
1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2010 di Desa Balo,Kecamatan Kabaena Timur Kabupaten Bombana.
2 .Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif,yaitu menggambarkan hal-hal yang melatar belakangi proses pelaksanaan tarian Lumense,dan alat-alat yang di gunakan dalam tarian Lumense.
3.Jenis dan Sumber Data
1).Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai hal-hal yang melatarbelakangi tarian lumense di desa Balo kecamatan Kabaena Timu Kabupaten Bombana.data ini diperoleh melalui wawancara dengan aparat pemerintah desa,tokoh adat dan tokoh agama.
2).Data sekunder adalah data atau uraian yang relevan dengan permasalahan penelitian.Hal ini diperoleh melalui literature,dokumen arsip atau tulisan-tulisanilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh di analisis sejak awal hingga akhir penelitian dengan cara menyususn data,kemudian data tersebut dihubungkan dengan keterkaitan dengan konsep yang ada dan diinterprestasi sehingga penelitian ini menggambarkan kenyataan yang sebenarnya.untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan dianalisisdat tersebut akan menghasilkan laporan studi yang bersifat deskriptif kualitatif.
(sumber: Leni Rosmilawati-Jur. Sejarah FKIP Unhlau)
terimakasih ini sangat membantu saya dalam menyelesaikan studi akhir saya ,salam bombana.
BalasHapussaya mahsiswa makassar 085145411131