Cari

Sabtu, 11 Desember 2010

Langkah-Langkah Penelitian Sejarah (Metode Sejarah, Historical Methode) Menurut Kuntowijoyo

Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah, membagi langkah-langkah penelitian sejarah ke dalam lima tahapan, yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) penulisan.

Pemilihan Topik. Dalam memilih topik penelitian, sebaiknya berdasarkan: (1) kedekatan emosional dan (2) kedekatan Intelektual. Kedekatan emosional maksudnya adalah bahwa topik yang kita pilih dalam melakukan penelitian adalah topik yang kita senangi. Sedangkan yang dimaksud dengan kedekatan intelektual adalah kita telah menguasai topik yang kita pilih, kalaupun belum menguasainya maka kita perlu membaca literature yang berkaitan dengan topic pilihan kita.

Pengumpulan Sumber. Sumber yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan tulis. Misalnya, kita sedang melakukan penelitian sejarah sebuah keluarga maka sumber yang kita gunakan berupa sumber tertulis, tidak tertulis dan sumber kuantitatif.

Sumber sejarah menurut Kuntowijoyo yaitu: (1)Dokumen tertulis, (2) Artifact, (3) Sumber Lisan, dan (4) Sumber Kuantitatif. Selain itu, ia juga membagi sumber sejarah berdasarkan urutan penyampaiannya yang terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber sejarah disebut primer bila disampaikan oleh saksi mata. Misalnya, catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip-arsip laporan seorang asisten residen abad ke-19. Sedangkan sumber sekunder dalam ilmu sejarah ialah yang disampaikan yang bukan saksi mata.

Verifikasi. Setelah kita mengetahui secara persis topik kita dan sumber sudah dikumpulkan, maka tahap berikutnya ialah verifikasi, atau kritik sejarah, atau keabsahan sumber. Verifikasi itu ada dua macam: otentisitas, atau keaslian sumber, atau kritik ekstern, dan kredibilitas, atau kebisaan dipercayai, atau kritik intern.

Interpretasi. Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subyektivitas. Subyektivitas penulis sejarah diakui keberadaannya. Interpretasi itu ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan. Kadang-kadang sebuah sumber mengandung beberapa kemungkinan. Misalnya, kita temukan daftar pengurus suatu ormas di kota. Dari kelompok sosialnya, kita baca di situ ada petani bertanah, pedagang, pegawai negeri, petani tak bertanah, orang swasta, guru, tukang, mandor, kita dapat menyimpulkan bahwa ormas itu terbuka untuk semua orang. Jadi bukan khusus petani bertanah, tetapi juga untuk petani tak bertanah, pedagang, pegawai negeri, dan sebagainya. Setelah anaisis itu kita temukan fakta bahwa pada tahun itu ormas tertentu bersifat terbuka berdasarkan data yang kita peroleh dan kita cantumkan.

Sintesis berarti menyatukan. Setelah ada data tentang pertempuran, rapat-rapat, moilisasi massa, penggantian pejabat, pembunuhan, orang-orang mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera, ditemukan fakta bahwa telah terjadi revolusi. Jadi, revolusi adalah hasil interpretasi setelah data-data dikelompokkan menjadi satu.

Penulisan. Dalam penulisan sejarah aspek kronologi sangat penting. Setiap periode harus ada driving force masing-masing. Misalnya, peranan pendidikan untuk periode pertama, peranan organisasi politik untuk periode kedua, peranan miter untuk periode ketiga, dan peranan organisasi ekonomi untuk periode keempat.

Sumber:
Kuntowijoyo. 1995. Pengatar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

2 komentar: