Cari

Selasa, 21 Desember 2010

Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa Melalui Pendekatan Pemrosesan Informasi Berbasis Masalah Dikelas Xa SMAN 1 Pondidaha 2010 / 2011

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa baik untuk negara maju, berkembang, maupun nagara yang masi tertinggal. Demi untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa itu diperlukan adanya pendidikan lewat sekolah sebagai usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia tersebut baik secara keilmuan, moral maupun keterampilan. Oleh sebab itu pendidikan harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan seiring dengan tuntutan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan kader bangsa yang berkualitas dan mampu berfikir untuk menghadapi tantangan globalisasi. Melalui pendidikan akan terjadi perubahan pola fikir dan terjadi pula pendewasaan diri sehingga didalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan tanggung jawab yang besar. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Pendidikan Indonesia memiliki mutu yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Jika suatu negara mempunyai sistem pendidikan yang baik, maka dari sistem itulah akan melahirkan tenaga kerja yang baik. Dari hal ini, maka dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki dimensi yang kompleks. Dalam rangka mengembangkan iklim belajar mengajar seperti yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap, dan perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran) dan sumber belajar, materi, metode maupun alat evaluasi saling bekerjasama untuk mewujudkan proses belajar yang kondusif.

Seiring dengan perkembangan zaman proses pembelajaran saat ini memerlukan sebuah strategi belajar mengajar baru yang lebih menekankan pada partisipasi siswa. Selain itu dalam perjalanan proses perubahan tersebut juga berdampak pada perubahan kurikulum pendidikan saat ini, dengan diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada sekolah-sekolah sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.

Pembelajaran aktif, kreatif, kreatif efekktif, dan menyenangkan (PAKEM) memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Amri dan Ahmadi (2010: 133-134) secara garis besar menggambarkan PAKEM dalam beberapa bagian yaitu: (1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat; (2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok untuk siswa; (3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar lebih menarik serta menyediakan pokok bacaan; (4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok; (5) Guru mendorong siswa untuk untuk menemukan caranya sendidri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Dalam pembelajaran siswa harus lebih aktif. Menurut Ali (2002: 21) pengajaran lebih diarahkan memberi kesempatan kepada siswa melakukan sesuatu. Dengan melakukan sesuatu dapat diperoleh pengertian. Untuk itu siswa harus dihadapkan pada suatu masalah dan memecahkannya (problem solving) hingga akhirnya dapat memperoleh kesimpulan. Dengan demikan siswa akan lebih mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya.

Permasalahan pendidikan selalu muncul terutama dalam proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran, salah satunya seperti penerapan model atau metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan meteri yang diajarkan, yang kemudian berdampak pada siswa. Sehingga dalam proses pelaksanaan pembelajaran siswa merasa bosan, hanya menjadi pendengar, tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat, dalam proses pembelajaran siswa banyak melakukan kegiatan diluar meteri pelajaran (tidak ada perhatian), tidak ada umpan balik dalam hal ini siswa diajak untuk berfikir.

Banyaknya permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran diharapkan ada metode dan manajemen pembelajaran yang mampu memicu siswa untuk selalu aktif dan berpartisapasi dalam kegiatan proses pembelajaran, yang kemudian dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa tersebut.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar SEJARAH Siswa dikelas Xa SMAN 1 Pondidaha Kec. Pondidaha?

2. Apakah penerapan pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar sejarah Siswa dikelas Xa SMAN 1 Pondidaha Kec. Pondidaha?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran Penerapan pendekatan proses pelaksanaan pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar sejarah Siswa dikelas Xa SMAN 1 Pondidaha Kec. Pondidaha.

2. Untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar sejarah siswa dikelas Xa SMAN 1 Pondidaha Kec. Pondidaha melalui penerapan pendekatan pemrosesan informasi berbasis masalah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru, Kepala Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya, diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

Dengan penerapan model pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah dapat meningkat.

b. Manfaat bagi guru

Model pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah dapat dijadikan salah satu alternatif mengajar oleh guru dalam proses pembelajaran sejarah serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar sejarah.

c. manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas siswa.

d. manfaat bagi mahasiswa

Dapat dijadikan sebgai bahan referensi bagi peneliti lain yang relevan dengan judul ini.

E. Kajian Konsep dan Teori

1. Kerangka Konsep

a. Konsep Belajar

Dalam proses belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan tetapi merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak bisa kita saksikan. Kita hanya bisa menyaksikan dengan adanya gejala-gejala perilaku yang tampak.

Menurut Hilgard belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah (Sanjaya 2008: 235). Kemudian belajar menurut R. Gagne bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketermpilan, kebiasaan dan tingkah laku (Daryanto 2009: 13). Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri, yaitu (1) belajar adalah perubahan tingkahlaku; (2) perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan; (3) perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama (http://rakasmuda.com).

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah : (1) Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. (2) Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. (3) Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas (http://mjieschool.multiply.com).

Dari uraian pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi yang terjadi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi) dan terjadinya perubahan melalui suatu kegiatan latihan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan perubahan tingkah laku yang bersifat permanen. Dalam proses pembelajaran akan terjadi suatu perubahan dimana perubahan tersebut di peroleh dari hasil kegiatan latihan, dari latihan ini akan muncul pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan dalam bertindak. Bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

b. Konsep pembelajaran

Pembelajaran merupakan makna lain dari belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan meningkatkan mutu hidup peserta didik. Pembelajaran perlu membedayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapakan.

Menurut Robert Gagne berpendapat bahwa tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yakni; motivasi, pemahaman, pemerolehan, penyimpanan, ingatan kembali, generalisasi, perlakuan dan umpan balik (http://ksejarahaint.com). Wina Sanjaya (2008: 218-219) Istilah “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instructions”, dimana Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih di pengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil tekonologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar-mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Menurut Daryanto (2009: 178) pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara struktur dan pembelajar dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar ialah menentukan metode mengajar. Empat hal yang harus diperhatikan dalam proses perencanaannya yaitu (1) siapa pembelajarnya, (2) apa tujuan pelajarannya, (3) seperti apa kegiatan belajar mengajarnya (4) bagaimana evaluasinya. Duffy dan Roehler (1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas (http://rakasmuda.com).

Dengan demikian, sesuai dengan uraian diatas maka pmbelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa, guru dan struktur dalam kegiatan belajar mengajar, dimana siswa memiliki peranan utama dalam kegiatan belajar dengan cara memberdayakan seluruh potensi siswa dan guru hanya sebagai pembimbing, pengarah, dan perencana belajar-mengajar siswa.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 7) Untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih memuaskan perlu adanya manajemen dalam proses pembelajaran. Secara umum manajemen di definisikan sebagai kemempuan atau keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan tertentu melalui atau dengan cara menggerakkan orang lain. Belajar dapat didefinisikan sebagai proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Sehingga manajemen belajar sesungguhnya tercakup unsur-unsur seperti: (1) Kemampuan atau keterampilan, yakni mengelola kegiatan belajar. (2) tujuan yang hendak dicapai, yakni perubahan tingkah laku. (3) hasil yang hendak diperoleh, yakni kuantitas dan kualitas lulusan. (4) proses interaksi, yakni saling mempengaruhi. (5) individu, dalam hal ini para siswa/mahasiswa. (6) lingkungan, yakni lembaga pendidikan/perguruan tinggi dan masyarakat. Menurut Nasution (2000: 189) kekurangan dalam hasil belajar murid juga terletak dalam kekurangan mengenai proses belajar-mengajar (manajemen belajar).

Untuk meningkatkan atau mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran manajemen belajar memiliki peranan yang begitu penting, Dimana manajemen belajar yaitu kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh hasil dari tujuan setelah terjadi interaksi antar individu dan lingkungan yang kemudian terjadi perubahan tingkah laku.

Demi keberhasilan pembelajaran guru juga dituntut utntuk memiliki kemampuan dan keterampilan baik dalam perencanaan, pelaksanaan hingga pengevaluasian, dengan demikian pembelajaran senantiasa akan terorganisir.

c. Konsep Pembelajaran Sejarah

Istilah sejarah terus mengalami perubahan. Topolski seperti yang dikutip Sjamsuddin, dalam bahasa inggris, sejarah disebut “history.” Secara etimologis kata ini berasal dari bahasa Yunani historia yang berarti: inkuiri (inquiry), wawancara (interview), interogasi dari seorang saksi mata, dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan-tindakan itu; seorang saksi mata (witness), seorang hakim (judge), seorang yang tahu. (Sjamsuddin, 2007: 1-2).

Selain istilah historia, ditemukan juga dalam kata yunani historeo, yang ditafsirkan sebagai: mencari (to search), meneliti atau menanya (to inquire), memeriksa (to examine). (Sjamsuddin, 2007: 2).

Menurut K. Marx dan F. Engels bahwa sejarah hanyalah aktivitas dari manusia yang berorientasi-tujuan (goal-orianted man). (Sjamsuddin, 2007: 8). James Harvey Robinson sejarah dalam arti kata yang luas adalah semua yang kita ketahui tentang setiap hal yang pernah manusia lakukan, atau pikirkan, atau rasakan. (Sjamsuddin, 2007: 8).

Dari beberapa interpretasi di atas maka dapat ditarik kesimpulan, sejarah adalah semua aktivitas yang pernah dilakukan oleh manusia yang beorientasi-tujuan yang diperoleh melalui wawancara (interview), interogasi dari seorang saksi mata, dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan-tindakan seorang saksi mata (witness), seorang hakim (judge), seorang yang tau.

d. Pembelajaran Pemrosesan informasi

Pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan, dimana perkembangan itu sendiri merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan (input) informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk hasil belajar.

Menurut Winkel Pemrosesan informasi (information processing), yang di dalamnya berpikir digambarakn sebagai suatu rangkaiankejadian atau peristiwa dalam “otak” yang meliputi urutan langkah pengolahan “informasi”, dari saat diterima sampai saat dilepaskan lagi. Setiap langkah pengolahan merupakan suatu proses penanganan informasi tersendiri, yang memegang peranan terbatas dalam keseluruhan proses pengolahan informasi. Oleh karena itu, setiap langkah pengolahan merupakan suatu satuan structural dengan tugasnya sendiri-sendiri; keseluruhan satuan struktural itu mencangkup apa yang tadi disebut pemrosesan informasi. Yang dimaksud dengan informasi ialah masukan bagi setiap satuan struktural, (Winkel 2004: 120).

Berdasarkan denah diatas dapat diuraikan secara rinci yaitu: (1) Lingkungan hidup mengeluarkan sejumlah rangsangan, misalnya benda yang kena cahaya memantulkan gelombang sinar yang dapat dilihat, bunyi radio menghasilkan gelombang suara yang dapat didengar. (2) Informasi ini ditangkap oleh alat-alat indera yang peka terhadap bentuk enersi fisiktertentu, seperti mata untuk sinar dan kulit untuk sentuhan, diolah dan diubah/ditronsformasi menjadi pulsa-pulsa elektrokimia yang dikirim kepusat-pusat tertentu dalam otak dan akhirnya masuk ke dalam system saraf pusat. (3) Informasi yang ditampung itu disimpan selama waktu yang amat singkat sekali. Sebagian kecil diteruskan ke ingatan jangka pendek untuk diolah lebih lanjut, sedangkan sisahnya hilang dan tidak tersedialagi untuk pengolahan. Jadi kuantitas dan macam informasi yang diolah dikurangi; dengan kata lain, terjadi seleksi dalam persepsi. (4) Informasi yang telah diseleksi masuk kedalam ingatan jangka pendek. (5) Hasil pengolahan menjadi masukan bagi ingatan jangka panjang. Namanya demikian karena informasi yang tersimpan disini bertahan lama sekali, mungkin untuk jangka seumur hidup. (6) Ingatan yang berasal dari ingatan jangka pendek dan panjang ditampung dalam pusat perencanaan yang disiapkan untuk disalurkan ke unit alat pelaksanaan, yang akhirnya akan memberikan jawaban/reaksi terhadap linkungan. (7) Alat pelaksana meliputi semua otot dan kelenjar, yang mewujudkan jawaban/reaksi terhadap linkungan sesuai dengan turunan dan ketentuan yang diberikan oleh pusat perencanaan. (8) Aliran transformasi informasi sebagaimana berlangsung dalam satuan structural “2" sampai dengan “7” secara ideal terorganisasi dengan baik, sehingga mencapai suatu sasaran. (9) Harapan tentang tujuan dan dalam motivasi yang menggerakkan serta ikut mengarahkan untuk memperoleh suatu hasil yang nyata.

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran (http://www.facebook.com). Menurut Slavin, pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan, yaitu (1) orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat, (2) seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran (http://www.wikipedia.com). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik.

Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar. Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang.

Secara rinci, Pressley, (1990) memaparkan pemrosesan informasi sebagai berikut : Pertama-tama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya (yaitu mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Beberapa informasi disaring (diabaikan) pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan ke dalam ingatan jangka pendek (kesadaran). Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek (short-term memory) dapat ditransfer ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang (Long-Term Memory) merupakan hal penting dalam proses belajar (http://www.facebook.com).

Berdasarkan beberapa konsep diatas maka pemrosesan informasi merupakan proses penerimaan informasi melalui organ sensoris(yaitu mata, telinga, hidung, dan sebagainya) untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar dan pemanggilan kembali pengetahuan untuk di kembangkan yang kemudian disimpan dalam otak dalam bentuk ingatan jangka pendek (short-term memory), jangka panjang (long-term memory).

e. Pembelajaran berbasis masalah

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar dimana siswa/mahasiswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode pembelajaran inovatif.

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu mahasiswa (siswa) memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.

Menurut Ward (2002) PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (http://lubisgrafura.wordpress.com). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar (http://wordpblpres.com). Menurut Stepien (1997), Pembelajaran Berbasis Masalah juga dapat mengubah pola proses belajar-mengajar tradisional di mana sebuah proses yang memberikan topik demi topik kepada siswa sehingga mereka terjadi proses asimilasi dan akomodasi bagian demi bagian pengetahuan untuk membantu siswa sampai ia menjadi profesional dalam bidang tertentu (http://suchaini.wordpress.com).

Dari beberapa pendapat diatas pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) dapat diartikan pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Problem-based learning (PBL) memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

f. Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motrik (Sukmadinata, 2004: 102).

Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik (Munawar, 2009).

Hasil belajar merupakan bentuk peubahan tingkah laku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad dan Haris, 2009: 14). Sedangkan Sudjana berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamannya belajarnya (Jihad dan Haris, 2009: 15).

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Sudjana, 2005: 22) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya yaitu: (1) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian, (2) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai, (3) Ranah Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Lanjut, (Ahiri, 2008: vi) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan atas 3 fator utama, yaitu faktor psiklogis, faktor sumber belajar, dan instrumen penelitian. Faktor psikolgis , yaitu yang berasaldari diri siswa yang terdiri atas: minat belajar,motivasi belajar, konsep diri, gaya belajar, dan otonomi belajar. Faktor sumber belajar, yaitu faktor pendukung dalam pembelajaran disekolah di sekolah yang terdiri atas: guru yang profesionalisme, peran dan kinerja guru, kepemimpinan di sekolah, dan iklim belajar. Faktor instrumen belajar, yaitu terkait dengan kondisi pengetesan dna kualitas tes yang digunakan dalam evaluasi hasil belajar siswa, yang terdiri atas: kecemasan terhadap tes, test-wiseness, tes yang bias, tes yang valid, dan reliable, dan bentuk tes formatif yang digunakan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Sedangkan hasil belajar sejarah adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seoarang siswa terhadap mata pelajaran sejarah setelah menempuh proses pembelajaran.

2. Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Ato (2008) rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukan adanya perbaikan dan adanya peningkatan aktivitas setiap kelompok, dimana rata-rata aktivitas kelompok pada siklus 1 sebesar 2,61 berkategori cukup dan siklus 2 sebesar 3,70 berkategori baik. Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII4 SMP Negeri 17 kendari, sebagaimana rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus 1 sebesar 64,87 meningkat 9,13% pada siklus 2 atau rata-ratanya sebesar 74,00

3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Dengan menerapkan pendekatan pemrosesan informasi berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar sejarah Siswa dikelas Xa SMAN 1 Pondidaha Kec. Pondidaha.

F. Metode penelitian

1. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 yang berlangsung mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2011, yang akan dilaksanakan dikelas Xa SMAN 1 Pondidaha Kec. Pondidaha.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah.

3. Subjek penelitian

Subyek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas Xa SMAN 1 Pondidaha Kec. Pondidaha yang terdaftar tahun ajaran 2010/2011, yang berjumlah 35 orang, Laki-laki 19 orang dan Perempuan 16 orang. Berasarkan pengamatan awal peneliti, bahwa dalam proses pembelajaran berlangsung siswa kurang dilibatkan, aktif dan berdasarkan informasi yang kami peroleh dari guru mata pelajaran Sejarah pada kelas yang bersangkutan, bahwa rata-rata hasil belajar siswa adalah 5,65. Nilai tersebut dikategorikan belum tuntas sesuai dengan kurikulum. Dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas ini maka digunakan Model Pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah.

4. Aspek yang diteliti

Ada tiga aspek yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

a. Guru, mengamati aktivitas guru dalam menyajikan materi pelajaran sesuai dengan model pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah serta bagaimana cara guru dan peneliti merancang atau merencanakan tindakan perbaikan untuk pertemuan selanjutnya.

b. Siswa, mengamati aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran setelah proses pembelajaran selesai.

c. Hasil belajar, yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran sejarah melalui penerapan model pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah.

5. Prosedur penelitian

Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti prinsip dasar penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2 seperti gambar dibawah ini:

Perencanaan

Membuat RPP

Pelaksanaan

Siklus I

Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya

Pengamatan

Siklus II

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Membuat RPP

Pelaksanaan

Refleksi


(Arikunto, 2007: 16)

Aqib (2007: 30) mengemukakan beberapa prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan, kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

1) Membuat perangkat pembelajaran (RPP dan LKS).

2) Membuat lembar observasi baik untuk pendidik maupun untuk peserta didik dalam melihat proses pembelajaran di kelas ketikan model pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah.

3) Menyiapkan materi pembelajaran dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep sejarah dengan baik.

4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat sejauh mana sejarah telah dikuasai siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan, melakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

c. Observasi, pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi. Dalam hal ini, peneliti mengamati seluruh aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan kemampuan siswa setelah diajar maupun aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dan menerapkan model pembelajaran pemrosesan informasi berbasis masalah.

d. Refleksi, hasil yang diperoleh pada tahap observasi/evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada indikator kinerja. Jika belum memenuhi target, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang telah terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

6. Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Catatan Lapangan

Catatan lapangan berisikan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dialami, dan refleksi data. Catatan lapangan dalam penelitian ini terfokus pada perilaku guru dalam pembelajaran, refleksi kondisi pembelajaran, perkembangan pembelajaran, pencapaian materi pembelajaran, partisipasi siswa, dan refleksi perilaku siswa baik secara perorangan ataupun perkelompok (Ahiri, 2008: 171).

b. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berguna untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa, mengetahui perkembangan siswa, menentukan peringakat siswa, dan menentukan keefektifan pembelajaran. Dalam hal ini tes dirancang untuk mengukur dan menentukan keberartian hasil belajar siswa (Ahiri, 2008: 174).

7. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dalam penelitian ini menggunakan analisis model Milles dan Huberman (Iskandar, 2009: 75) yang dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai berikut: (1) reduksi data; (2) display/penyajian data; dan (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. Reduksi data dilakukan dengan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan pengabstrasian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Display/penyajian data dilakukan dengan cara menyusun deskrsejarahi dari informasi yang telah dipilih dan diseleksi pada tahap reduksi data sehingga dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan yang relevan. Penarikan kesimpulan, merupakan pemberian makna terhadap data yang telah direduksi.

Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu menentukan nilai rata-rata siswa untuk mengetahui persentase hasil belajar siswa dan menggunakan. Adapun rumus statistik analisis kuantitatif adalah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai rata-rata

Keterangan: = Nilai rata-rata siswa

N = banyaknya siswa (Sugiyono, 2006: 43)

b. Menentukan persentase hasil belajar siswa

Keterangan:

N = banyaknya siswa

8. Indikator kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah (1) indikator kinerja setiap peserta didik yaitu dengan melihat hasil tes belajarnya pada akhir setiap siklus setelah diterapkannya pendekatan pemrosesan informasi berbasis masalah dalam pembelajaran. (2) indikator aktivitas kelompok peserta didik yang akan diamati adalah aktivitas setiap kelompok selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu: perhatian pada materi yang disampaikan guru, aktivitas berdiskusi antar peserta didik/guru dalam memecahkan masalah, mengungkapkan ide dengan berbagai cara, aktif mengerjakan LKS dalam belajar, aktif dalam kegiatan dan menyusun konsep tentang hal-hal yang dipelajari, aktif membangun gagasan dan ide, bekerjasama dalam menyiapkan laporan dan mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Sedangkan indikator proses pembelajaran yang akan diamati dalam kegiatan ini adalah langkah-langkah penerapan pembelajaran afektif yang dilaksanakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. (3) indikator hasil belajar mata pelajaran sejarah dikatakan meningkat apabila 75% siswa mencapai nilai 65 dari materi yang dipelajari, dan indikator kinerja kelompok rata-rata 80% telah melaksanakan indikator yang diamati dalam lembar observasi kegiatan siswa selama proses kerja kelompok, dan indikator proses pembelajaran ditetapkan jika kegiatan proses pembelajaran yang disajikan guru mencapai kategori baik atau 80% telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran afektif. Jika dalam pelaksanaan suatu siklus belum mencapai hasil seperti itu, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahiri, Jafar. 2008a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Kendari: Unhalu Press.

Ahiri, Jafar. 2008b. Metodologi Penelitian. Kendari: Unhalu Press.

Ali, Muammad. 2002. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yama Widya.

Ato, La Ode Rusdin. 2008. Penerapan Model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learnung) untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA-FISIKA Siswa Kelas SMP Negeri 17 Kendari.UNHALU PRESS. Kendari

Awangga, Suryaputra N. 2007. Desain Proposal Penelitian. Pyramid Publisher: Yogyakarta.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. AV Publisher. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2003. Manajemen belajar di perguruan tinggi. Sinar baru algesindo. Bandung.

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar pengertian-dan-definisi.html. (27 Maret 2010)

http://ksejarahaint.com/isi/pemrosesan-informasi-dalam-teori.html, Di akses tanggal 20 oktober 2010: 20.15. Wita.

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-masalah, Di akses tanggal 23 oktober 2010: 20.15. Wita.

http://mjieschool.multiply.com/journal/item/36, Di akses tanggal 24 oktober 2010: 21.15. Wita.

http://rakasmuda.com/new/media-info/artikel-artikel/37-umum/56-hakekat-belajar

http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/pembelajaran-berbasis-masalah, Di akses tanggal 20 oktober 2010: 20.15. Wita.

http://warungpendidikan.blogspot.com/2009/01/pendekatan-pembelajaran-berbasis.html, Di akses tanggal 23 oktober 2010: 20.15. Wita.

http://www.facebook.com/notes/primastudy-education-training-consultancy/bagaimana-guru-menerapkan-teori-pemrosesan-informasi-/158450929893, Di akses tanggal 20 oktober 2010: 20.15. Wita.

http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1408&bih=612&q=theories+and+concepts+of+social+studies&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=d3b3af5896ffdfd6, Di akses tanggal 23 oktober 2010: 20.15. Wita

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada (GP) Press. Ciputat.

Jihad, Asep dan Haris, sAbdul. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Munawar, Indra. 2009. Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi) (online). Terdapat:

Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bina Aksara. Jakarta.

Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, S. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Rohani, Ahamad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada media Group. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Sukmadinata, N.S.. 2004. Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Amri, Sofa dan Ahmadi, Lif Khoiru. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta

Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Media Abadi. Yogyakarta

3 komentar:

  1. Another helpful post. This is joker slot game malaysia a very nice blog that I will definitively come back to several more times this year!

    BalasHapus
  2. Go ketogenic However, remember that these results, this scale must be taken as a tool , taking into account other elements, such as health beforehand, potential pregnancy or muscle mass, as well as the type of physical activity practiced, which is a good indication.
    https://goketoganic.com/

    BalasHapus