Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2004: 4). Dalam Undang-undang No.23 Tahun 2003 Pasal 3, dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Anonim, 2004: 7). Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi, serta penyempurnaan dan peningkatan berbagai sarana dan prasarana pendidikan termasuk didalamnya teknik dan strategi pembelajaran, sebagaimana yang tercantum dalam PP/RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (Anonim, 2005: 15).
Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa agar siswa mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Dalam proses pembelajaran, pemilihan suatu metode sangat menentukan kualitas pembelajaran. Seiring dengan proses peningkatan kualitas pembelajaran, maka dalam kurikulum KTSP dianjurkan adanya variasi metode dalam kegiatan pembelajaran agar siswa dapat terlibat aktif di dalamnya. Variasi metode dapat ditunjukkan jika guru menerapkan berbagai model pembelajaran untuk menyampaikan materi, karena di dalam model pembelajaran terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan sehingga melibatkan siswa aktif. Salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah pembelajaran yang bersifat konstruktivis. Dalam pembelajaran konstruktivis ada beberapa model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).
Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang didalamnya terdapat unsur permainan akademik atau turnamen mingguan untuk mengganti tes individu. Sehingga siswa tidak merasakan bosan karena ada unsur turnamen. Dalam model pembelajaran ini pengelompokan siswa berdasarkan prinsip heterogenitas baik dari segi kemampuan akademik, jenis kelamin, maupun ras.
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa. Rendahnya kualitas pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa selama ini pembelajaran disekolah berorientasi pada target penguasaan materi terbukti dengan keberhasilan siswa dalam kompetensi mengingat jangka pendek pada materi pelajaran. Begitupula pada cara pengajaran guru dikelas khususnya guru sejarah masih terkesan monoton, dimana praktek pengajaran memberikan kesan kurang menarik bahkan membosankan. Begitupula yang terjadi pada kelas VIII B di SMP Negeri 2 Moramo ditemukan permasalahan utama dalam proses mengajar yaitu sebagian siswa kelas VIII B memiliki motivasi belajar sejarah yang masih rendah. Siswa memandang pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang membosankan karena penuh dengan hafalan, fakta kering, tahun dan
peristiwa belaka, hal tersebut menjadikan siswa kelas VIII B menjadi pasif, bosan, dan mengantuk pada saat pelajaran sejarah berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Game Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Moramo.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Game Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Moramo?
2. Apakah Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Game Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Moramo?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Game Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Moramo.
2. Apakah Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Game Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Moramo.
D. Manfaat penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan bermanfaat:
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu, khususnya tentang penelitian tindakan kelas.
b. Sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan lingkup yang lebih luas.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para guru yang mengampu di sekolah menegah atas untuk lebih meningkatkan kompetensinya dalam mengajar dalam mata pelajaran Sejarah.
d. Memberi masukan tentang salah suatu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah melalui strategi pembelajaran afektif dalam pembelajaran.
E. Kajian Pustaka
1. Kerangka Teori/Konsep
a. Model Pembelajaran TGT
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut Slavin (1995) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : (1) Penyajian kelas (class precentation), (2) Belajar dalam kelompok (teams), (3) Permainan (geams), (4) Pertandingan (tournament), dan (5) Perhargaan kelompok ( team recognition) (http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournaments-tgt/).
1) Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2) Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3) Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5) Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40 (Kiranawati, 2007: http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-team-games-tournament-tgt/)
b. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: (1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar), faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya; (2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar), pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap (http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/).
Sedangkan Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran (Indra, 2009: http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html).
Untuk melengkapi pendapat dari Dimyati dan Mudjiono maka hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal) (Akhmad Sudrajat, 2008: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/)
c. Pembelajaran Sejarah
Secara harfiah istilah sejarah berasal dari bahasa Arab (Syajaratun) yang berarti pohon. Kata ini masuk ke indonesia sesudah terjadiya alukturasi kebudayaan indonesia dengan kebudayaan islam, sehinnga secara umum terdapat bermacam-pengertian “sejarah” dintaranya silsilah, riwayat, babat, tambo (minangkabau) dan tarikh. Istilah tersebut dimasukkan kedalam bahasa Melayu “sejarah”, Kemudian menjadi istilah sejarah dalam bahasa indonesia. Istilah sejarah dikonotasikan dengan Syajaratun karena dalam sejarah indonesia kuno, cerita dan silsilah raja yang kalau digambarkan menyerupai pohon. Konsep tentang sejarah seperti dikemukakan di atas tersebut di dalam sejarah sebagai pengetahuan masa lampau yang materinya sekedar menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana dan kapan. Sejarah yang demikian tidak memberi manfaat apa-apa dalam kehidupan dan wajar tidak diminati dan dinilai sebagai beban ingatan (Aswati dan Hayari, 2005:1-2).
Pendidikan sejarah sebagai pengetahuan masa lampau muncul jika materi sejarah selalu berorientasi pada suatu rentetan fakta yang harus dihafalkan. Untuk mengerti sejarah, haruslah dilanjutkan pada pertanyaan mengapa dan bagaimana yang merupakan suatu rentetan masa lampau. Agar materi sejarah fungsional dan memiliki kebermaknaan dengan masa kini maka materi sejarah yang akan diajarkan harus: (1) bertolak dari kebutuhan hari ini; (2) dipilih berdasarkan kebutuhan hari ini; dan (3) generalisasi atau kesimpulan dari studi sejarah yang akan dikaitkan dengan realitas hari ini. Materi ajar harus: (1) menyajikan fakta dan konsep; (2) melatih siswa berfikir teoritik, pembelajaran sejarah seyogyanya mengacu pada pemberian hubungan kualitas sebagai konsep yang dijalin dari berbagai fakta sejarah; dan (3) fakta yang dapat dijalin menjadi konsep dan hanya berbagai konsep yang mempunyai hubungan kualitas yang dapat disijikan pada siswa. Dengan demikian sejarah yang di berikan dalam kerangka pengetahuan IPS tetap bernilai sejarah sebagai ilmu, disamping sebagai pengetahuan (Indrayani, 2005: 19-29).
2. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dina Suciati (2008) dengan judul Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams Game Tournament)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa tindakan yang diperlukan
dalam penerapan pembelajaran kooperatif Model Teams Game Tournament untuk meningkatkan motivasi dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya: tahap penyajian kelas, tahap diskusi kelompok, tahap turnamen, dan tahap pemberian hadiah atau penghargaan. Berdasarkan analisis data dapat diketahui peningkatan motivasi belajar siswa di kelas VIII C dapat diketahui dari peningkatan tiap siklusnya. Motivasi belajar siswa dapat diketahui peningkatanya dari jumlah rata-rata prosentasi pada tiap siklusnya yang dapat disimpulkan menunjukan peningkatan dari 62,73 % pada siklus I menjadi 81,96 % pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar guru sejarah sebaiknya lebih memilih
metode pembelajaran yang sesuai dan tidak menjenuhkan siswa dalam menyampaikan materi sejarah, serta disesuaikan dengan materi dan karakteristik pelajaran sejarah. Peneliti juga menyarankan agar melakukan penelitian yang serupa untuk penyempurnaan kekurangankekurangan
yang ada pada penelitian ini. Guru lebih kreatif dalam menggunakan variasi model atau alternatif metode dalam pembelajaran ekonomi agar siswa tidak merasa bosan.
F. Metode penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan Juni-Agustus 2011 dan akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Moramo Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan.
2. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XIII B SMP Negeri 2 Moramo yang berjumlah 34 orang. Subyek ini perlu ditingkatkan hasil belajarnya karena hasil yang diperoleh pada mata pelajaran sejarah masih rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas ini maka digunakan Model Pembelajaran TGT.
3. Aspek yang diteliti
Ada tiga aspek yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
a. Guru, mengamati aktivitas guru dalam menyajikan materi pelajaran sesuai dengan model pembelajaran TGT serta bagaimana cara guru dan peneliti merancang atau merencanakan tindakan perbaikan untuk pertemuan selanjutnya.
b. Siswa, mengamati aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran setelah proses pembelajaran selesai.
c. Hasil belajar, yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran sejarah melalui penerapan model pembelajaran TGT.
4. Instrument Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisikan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dialami, dan refleksi data. Catatan lapangan dalam penelitian ini terfokus pada perilaku guru dalam pembelajaran, refleksi kondisi pembelajaran, perkembangan pembelajaran, pencapaian materi pembelajaran, partisipasi siswa, dan refleksi perilaku siswa baik secara perorangan ataupun perkelompok (Ahiri, 2008: 171).
b. Tape Recorder
Tape recorder dalam penelitian ini digunakan untuk merekam percakapan antara subyek di dalam kelas secara perorangan dan sekaligus secara berkelompok (Ahiri, 2008: 172).
c. Wawancara
Wawancara dalam PTK terjadi antara guru dengan siswa, peneliti dengan siswa, siswa dengan siswa, peneliti dengan kepala sekolah, dan mungkin peneliti dengan guru (Ahiri, 2008: 172)
5. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Tiap siklus terdiri atas tahapan dan langkah pengajaran (Emzir, 2008: 258)
Menurut Taggart (Aqib, 2007: 30-32) prosedur pelaksanaan PTK mencakup:
a. Perencanaan tindakan
1) membuat skenario pembelajaran
2) mempersipakan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas
3) mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan
4) melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang actual. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta di ikuti dengan kegiatan refleksi
c. Pengamatan interpretasi
Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilaksanakannya pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
d. Refleksi
Pada bagian refleksi dilakukan analisi data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.
6. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitia ini bersifat kulaitatif dengan dilandasi oleh hasil atau keluaran dari setiap tindakan latihan, baik tertulis maupun lisan (Emzir, 2008: 259)
Menurut Miles dan Huberman (1992: 16-19) bahwa analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: (1) Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan trasformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan; (2) Penyajian data yaitu berupa sekumpulan informasi yang tersusun dalam bentuk naratif yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan; (3) Menarik kesimpulan/Verifikasi merupakan pemberian makna terhadap data yang telah direduksi.
Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu menentukan nilai rata-rata siswa, dan persentase hasil belajar siswa. Adapun rumus statistik analisis kuantitatif adalah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai rata-rata
Keterangan: = Nilai rata-rata siswa
N = banyaknya siswa (Sugiyono, 2006: 43)
b. Menentukan persentase hasil belajar siswa
Keterangan:
N = banyaknya siswa
7. Indikator Kinerja
Sebagai indicator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 80% siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara perorangan. Siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara perorangan apabila 80% siswa mampu mencapai skor minimal 67 berdasarkan KKM Pendidikan
Siswa dinyatakan berhasil apabila telah berhasil mencapai skor atau nilai ketuntasan belajar minimal dari jumlah siswa secara keseluruhan di atas 80 % telah mencapai skor atau nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah sebesar 67 berdasarkan peraturan pemerintah No 19 pasal 64 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
DAFTAR PUSTAKA
Ahiri, Jafar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Kendari: Unhalu Press.
Anonim. 2004. Undang-undang Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004. Jakarta: CV. Tamika Utama.
Anonim. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: CV. Eko Jaya.
Anonim. 2005. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Aswati dan Hayari. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Hand Out Prodi Sejarah Fkip Unhalu. Kendari.
Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kulaitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournaments-tgt/ [diakses 13/06/2010]
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/ [diakses 13/06/2010]
Munawar, Indra. 2009. Hasil Belajar (pengertian dan definisi). Online. Terdapat: http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html [diakses 13/06/2010]
Indrayani. 2005. Penerapan Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut Dalam Pembelajaran IPS Sejarah di SMP 1 Pondidaha. Skripsi FKIP Unhalu. Kendari.
Kiranawati. 2007. Metode Eam Ames Tournamen (TGT). Online. Tersedia:
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-team-games tournament-tgt/ [diakses 13/06/2010]
Miles dan Huberman, 1992. AnĂ¡lisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Suciati, Dina. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams Game Tournament) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang. Online. Terdapat: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/2900 [diakses 13/06/2010].
Sudrajat, Akhmad. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Online. Terdapat: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/ [diakses 13/06/2010]
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar