Cari

Sabtu, 11 Desember 2010

POLA PENERAPAN KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN BAGI GURU SEJARAH DI SMP NEGERI 2 MORAMO

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya telah diakui bahwa ratusan juta umat manusia dewasa ini memerlukan pendidikan. Selain untuk mendapatkan kesempatan guna menyempurnakan kecakapannya atau menunjang perkembangan dirinya, juga karena tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan ekonomi, perkembangan politik, dan perkembangan sosial budaya yang melanda hampir semua belahan bumi.

Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20/2003 menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (Anonim, 2004: 4)

Realitas lain adalah makin dibutuhkannya berbagai macam keahliah dalam menyongsong kehidupan yang semakin kompleks, maka wajar apabila masyarakat menghendaki penyelenggaraan pendidikan dengan berbagai program keahlian.

Untuk mewujudkan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan di perlukan peningkatan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003 bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang berdemokrasi serta bertanggung jawab (Anonim, 2004: 7).

Salah satu unsur dari kemajuan budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia yaitu Sektor pendidikan yang merupakan satu bagian dari pembangunan nasional yang memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi, serta penyempurnaan dan peningkatan berbagai sarana dan prasarana pendidikan termasuk didalamnya teknik dan strategi belajar mengajar, sebagaimana yang tercantum dalam PP/RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (Anonim, 2005: 15).

Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa mengajar merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada siswa. Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada siswa, tetapi juga menyangkut kegiatan membimbing dan melatih siswa untuk belajar. Oleh karena itu seorang guru seharusnya menggiatkan delapan keterampilan dasar mengajar disekolah meliputi: (1) keterampilan bertanya dasar dan lanjut, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengola kelas, (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (Purwiro Harjati, 2008: http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/interaksi-sebagai-proses-belajar.html).

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Depdiknas, 2005: 187). Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami dan mampu melaksanakan berbagai keterampilan dasar mengajar dalam pembelajaran siswanya didalam kelas. Pelaksanaan berbagai keterampilan dasar mengajar didalam pembelajaran memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, karena itu seorang guru harus menguasai kompetensi keguruan selain dalam praktek pembelajaran dikelas guru juga dituntut untuk menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar.

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang dia mampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar.

Keterampilan dasar yang akan dikaji oleh peneliti adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran dengan pertimbangan keterampilan dasar mengajar tersebut lebih dominan dilakukan oleh guru-guru sejarah di SMP Negeri 2 Moramo.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang mengkaji tentang penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Judul penelitian yang ditetapkan adalah “Pola Penerapan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Dalam Pembelajaran Sejarah di SMP Negeri 2 Moramo”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan keterampilan membuka pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo?

2. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan keterampilan menutup pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo?

3. Bagaimanakah sikap siswa dalam penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo?

4. Bagaimanakah hasil dari penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. langkah-langkah penerapan keterampilan membuka pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo.

2. langkah-langkah penerapan keterampilan menutup pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo.

3. sikap siswa dalam penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo.

4. hasil dari penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Moramo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan pnelitian yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan bermanfaat:

1. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah khususnya dalam peningkatan mutu pendidikan dengan melaksanakan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran sejarah.

2. Sebagai bahan masukan kepada guru mata pelajaran sejarah agar senantiasa melaksanakan ketermpilan membuka dan menutup pelajaran sesuai dengan kebututhan siswanya.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

E. KAJIAN PUSTAKA

1. Keterampilan Dasar Mengajar

Keterampilan dasar mengajar sejarah pada dasarnya mencakup seluruh keterampilan dasar mengajar seorang guru dalam proses belajar mengajar yang meliputi: (1) keterampilan bertanya dasar dan lanjut, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengola kelas, (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (Purwiro Harjati, 2008: http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/interaksi-sebagai-proses-belajar.html).

Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran

Dalam proses pembelajaran yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan siswa agar terpusat perhatian pada apa yang dipelajari sedangkan yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran secara tepat dapat mencapai beberapa tujuan yaitu:

1. Tumbuhnya perhatian motivasi siswa untuk menghadapi tugas yang akan dikerjakan.

2. Memungkinkan siswa mengetahui batas tugas yang dikerjakan.

3. Mempunyai gambaran jelas terhadap tugas.

4. Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran.

5. Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari

6. Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk dapat menghubungkan konsep, fakta, keterampilan, yang tercakup dalam setiap peristiwa.

7. Memungkinkan siswa mengetahui tingkat keberhasilan dalam pelajaran.

Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran yaitu:

1. Menarik Perhatian Siswa

Cara yang dapat dilakukan:

a. Gaya Mengajar Guru

Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.

b. Penggunaan Alat Bantu Mengajar

Seperti: gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan terjadinya kaitan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari.

c. Pola Interaksi Yang Bervariasi.

Seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.

2. Menimbulkan Motivasi

Cara untuk menimbulkan motivasi:

a. Dengan Hangat dan Antusias

Hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.

b. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu

Melontarkan ide yang bertentangan dengan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari

c. Dengan Memperhatikan Minat Siswa.

Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.

3. Memberi Acuan (Structuring)

Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.

Untuk itu cara yang dilakukan adalah :

a. Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.

b. Menyarankan langkah-langkah yang dilakukan

Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas, jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :

c. Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas

d. Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.

4. Membuat Kaitan

Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat siswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.

Usaha guru untuk membuat kaitan:

a. Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.

b. Cara membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.

Contoh : Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang masa penjajahan belanda di indonesia sebelum membahas masa pendudukan jepang di indonesia.

Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran yaitu:

1. Meninjau Kembali

Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi

a. Merangkum inti pelajaran

b. Membuat ringkasan

2. Mengevaluasi

Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.

Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi:

a. Mendemonstrasikan keterampilan

Guru dapat menunjuk siswa untuk menyimpulkan pembahasan materin pelajaran.

b. Meminta siswa mengaplikasikan ide baru dalam situasi yang lain.

c. Mengekspresikan pendapat siswa sendiri.

Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain.

d. Soal-soal tertulis

1) Uraian

2) Tes objektif

3) Melengkapi lembar kerja

(http://massofa.wordpress.com/2008/01/11/ketrampilan-membuka-dan-menutup-pelajaran/)

2. Teori Belajar

a. Pengertian Teori Belajar

Menurut Cronbach dia menyatakan bahwa Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu sipengajar mempergunakan panca indranya. Sedangkan Menurut Witharington belajar merupakam perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Dari defenisi yang telah dikemukakna diatas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-belajar).

b. Teori-teori belajar

1) Teori-teori Belajar Behavioristik

Rumpun teori ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tinggkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molecular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul. Menurut teori ini tinggkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan anatara perangsang jawaban atau Stimulus Raspons. Belajar adalah pembentukan hubungan Stimulus Respons sebanyak-banyaknya. Pembentukan hubungan Stimulus Respons dilakukan melalui ulangan-ulangan. Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun Behavionisme ini antara lain :

a) Teori Koneksionisme

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme. Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Trhorndike. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan. Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut :

(1) Hukum kesiapan (Low Of Readiness), Dimana hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada persiapan dalam diri individu imlikasi praktis dari hukum ini adalah, bahawa keberhasialan belajar seseorang tergantnug dari ada atau tidak adanaya kesiapan.

(2) Hukum latihan (Low Of Eserdse), Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungna stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini dalah makin sering pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.

(3) Hukum akibat ( Low Of Effect ), Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapakan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.

b) Teori Pengkondisian (conditioning)

Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov. Ia adalah ahli Psikologi Refleksiologi dari Rusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Hendry C Ellis, bahwa dalam prosedur penelitiannya Pavlov menggunakan laboratorium binatang sebagai tempat penelitian. Sama halnya dengan Thorndike, dia juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.

c) Teori Penguatan ( Reinforcement )

Kalau teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangannya, maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.

d) Teori Operant Conditioning

Tokoh utamanya adalah Skinner. Menurut Skinner tingkah laku bukankah sekedar Respons terhadap Stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang disengaja atau Operant. Ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.

2) Teori Kognitive

Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons.

a) Teori Gestalt, berkembang di Jerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hunbungan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.

b) Teori Medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan (http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-belajar).

c. Hakekat Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Keigatan belajar adalah kegiatan yang primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa dapat berinterksi dengan guru dan atau bahkan pembelajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, situasi itu dapat mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan metode dan atau media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasikan.

Makna proses belajar dan mengajar adalah sebagai suatu proses interaksi guru, siswa sebagai makna utama. Proses mengajarnya memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Meningkatkan kedudukan siswa sebagai subjek dan sekaligus juga objek dalam pengajaran. Belajar bukan menghapal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan, daya reaksi, daya penerimanya dan aspek lain yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah proses aktif. Belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar merupakan proses yang diarahkan kepada tujuan melalui berbagai pengalaman.

Dengan perkataan bahwa proses mengajar atau interaksi belajar-mengajar menjadi persoalan utama adalah adanya proses belajar pada siswa yakni proses perubahan tingkah laku siswa melalui berbagai komponen (Choiri Setyawan, 2010: http://rakasmuda.com/new/media-info/artikel-artikel/37-umum/56-hakekat-belajar).

d. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu: (1) Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, (2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah dilaksanakan, (3) Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus, (4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa, (5) Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing, (6) Dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin, (7) Ada batas waktu, (8) Unsur penilaian.

Menurut Abdillah dan Abdul mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup yang memungkinkan makhluk hidup ini merubah perilakunya cukup cepat dalam cara kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak harus pada setiap situasi baru. Sedangkan Dahar mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisme perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar bukanlah menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep yang baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, atau mengaitkan konsep pada umumnya menjadi proposisi yang bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar merupakan aspek dari proses pendidikan.

Proses belajar secara garis besar terdiri atas tiga tahap, yang kesemuanya harus dilalui bila seseorang ingin belajar dalam arti yang sesungguhnya. Tiga tahap tersebut antara lain:

a) Masukan-masukan (input), adalah keadaan seseorang yang ingin belajar dengan segala macam keadaannya (pada saat memasuki proses)

b) Proses adalah gambaran tentang bagaimana belajar itu berlangsung dan asas-asas (prinsip-prinsip) apa yang mempengaruhi proses belajar itu.

c) Keluaran (output) adalah menyangkut hasil belajar itu terjadi perubahan tingkah laku (http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/interaksi-sebagai-proses-belajar.html).

e. Pengajaran Sejarah

Secara harfiah istilah sejarah berasal dari bahasa Arab (Syajaratun) yang berarti pohon. Kata ini masuk ke indonesia sesudah terjadiya alukturasi kebudayaan indonesia dengan kebudayaan islam, sehinnga secara umum terdapat bermacam-pengertian “sejarah” dintaranya silsilah, riwayat, babat, tambo (minangkabau) dan tarikh. Istilah tersebut dimasukkan kedalam bahasa Melayu “sejarah”, Kemudian menjadi istilah sejarah dalam bahasa indonesia. Istilah sejarah dikonotasikan dengan Syajaratun karena dalam sejarah indonesia kuno, cerita dan silsilah raja yang kalau digambarkan menyerupai pohon. Konsep tentang sejarah seperti dikemukakan di atas tersebut di dalam sejarah sebagai pengetahuan masa lampau yang materinya sekedar menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana dan kapan. Sejarah yang demikian tidak memberi manfaat apa-apa dalam kehidupan dan wajar tidak diminati dan dinilai sebagai beban ingatan (Aswati dan Hayari, 2005).

Pendidikan sejarah sebagai pengetahuan masa lampau muncul jika materi sejarah selalu berorientasi pada suatu rentetan fakta yang harus dihafalkan. Untuk mengerti sejarah, haruslah dilanjutkan pada pertanyaan mengapa dan bagaimana yang merupakan suatu rentetan masa lampau. Agar materi sejarah fungsional dan memiliki kebermaknaan dengan masa kini maka materi sejarah yang akan diajarkan harus: (1) bertolak dari kebutuhan hari ini; (2) dipilih berdasarkan kebutuhan hari ini; dan (3) generalisasi atau kesimpulan dari studi sejarah yang akan dikaitkan dengan realitas hari ini. Materi ajar harus: (1) menyajikan fakta dan konsep; (2) melatih siswa berfikir teoritik, pembelajaran sejarah seyogyanya mengacu pada pemberian hubungan kualitas sebagai konsep yang dijalin dari berbagai fakta sejarah; dan (3) fakta yang dapat dijalin menjadi konsep dan hanya berbagai konsep yang mempunyai hubungan kualitas yang dapat disijikan pada siswa. Dengan demikian sejarah yang di berikan dalam kerangka pengetahuan IPS tetap bernilai sejarah sebagai ilmu, disamping sebagai pengetahuan (Indrayani, 2005: 19-29).

F. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Moramo Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan dan dilaksanakan pada semester genap tahu pelajaran 2010/2011.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bersifat menggambarkan tentang pola penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran bagi guru sejarah di SMP Negeri 2 Moramo.

3. Data dan sumber data

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan Huberman, 1992: 15), kata-kata yang dimaksud adalah kata-kata guru sejarah selama proses membuka dan menutup pelajaran di SMP Negeri 2 Moramo. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2002: 107).

Sumber data dalam penelitian ini menurut Arikunto (2002: 107) yaitu: (1) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket, (2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak dan (3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2010: 48). Yang dimaksud dengan Snowball Sampling disini yaitu cara pengambilan sampel secara berantai, teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang informan, tetapi karena dengan informan pertama ini data dirasa belum lengkap, maka peneliti mencari informan lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh informan sebelumnya.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Observasi, yaitu dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat, pengamatan yaitu dengan mengamati proses pembelajaran dikelas, dimana yang menjadi sumber data penelitian adalah guru sejarah dalam penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Pengamatan ini didasarkan atas pengamatan terbuka dan pengamatan non partisipatif yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data meyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian dengan mengamati perilaku dari jauh tanpa ada interaksi dengan subjek yang sedang diteliti (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2010: 119).

b) Wawancara, yaitu proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau menjawab (interviewee) Sudjana (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2010: 130), dalam teknik wawancara disini di lakukan oleh peneliti dengan guru sejarah dan siswa (informan). Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran bagi guru sejarah di SMP Negeri 2 Moramo. Wawancara dilakukan dengan tidak terstandar atau terbuka, maksudnya adalah wawancara yang bebas dinama peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulan data, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2010: 136).

c) Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dinama peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peniggalan budaya, karya seni, dan karya pikir (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2010: 148). Studi dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengkaji bahan tertulis yang berhubungan dengan keterampilan membuka dan menutup pelajaran bagi guru sejarah di SMP Negeri 2 Moramo, yaitu RP dan SP.

5. Teknik analisa data

Miles dan Huberman (1992: 16-19) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu sebagai berikut:

a) Reduksi data yaitu data yang diperoleh dengan seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas sehingga peneliti dapat mengetahui penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran bagi guru sejarah di SMP Negeri 2 Moramo.

b) Penyajian data yang disajikan oleh peneliti yaitu meliputi berbagai jenis jaringan dan bagan serta grafik yang dirancang guna menggabungkan informasi yang diperoleh tentang penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

c) Menarik kesimpulan/verifikasi, hasil penelitian yang telah didapatkan ditarik satu kesimpulan yang kemudian kesimpulan tersebut juga diverifikasi selama penelitia berlangsung.

6. Pengecekan keabsahan data/validasi data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode (Moleong, 2000: 178). Triangulasi dengan menggunakan sumber adalah untuk membandingkan apa yang dikatakan informan dihadapan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan membandingkan apa yang dikatakan informan yang satu dengan informan lainnya. Sedangkan triangulasi metode dimaksudkan adalah untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh melalui wawancara dan yang diperoleh melalui pengamatan dan dokumen.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

Aswati dan Hayari. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Hand Out Prodi Sejarah Fkip Unhalu. Kendari.

Depdiknas. 2004. Undang-undang Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004. Jakarta: CV. Tamika Utama.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: CV. Eko Jaya.

Depdiknas. 2005. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Harjati, Purwiro. 2008: Interksi Sebagai Proses Belajar. [Online]. Tersedia di http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/interaksi-sebagai-proses-belajar.html [diakses 02/05/2010]

http://massofa.wordpress.com/2008/01/11/ketrampilan-membuka-dan-menutup-pelajaran/ (OnLine: 02/05/2010)

http://purjatifis.blogspot.com/Ket. Dasar Mengajar (OnLine: 02/05/2010)

http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-belajar (OnLine: 02/05/2010)

Indrayani. 2005. Penerapan Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut Dalam Pembelajaran IPS Sejarah di SMP 1 Pondidaha. Skripsi FKIP Unhalu. Kendari.

Miles dan Huberman, 1992. AnĂ¡lisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Moleong, J. Lexi, 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Setyawan, Choiry. 2010. Hakekat Belajar. [Online]. Tersedia di

http://rakasmuda.com/new/media-info/artikel-artikel/37-umum/56-hakekat-belajar [diakses 02/05/2010]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar