Masuknya agama islam di kerjaan konawe pada akhir abad ke-16 yaitu kurang lebih 16 tahun setelah kesultanan Buton menerima Islam. Islam masuk dikerjaan konawe secara tidak resmi pada masa pemerintahan Tebawo (sangia inato) khususnya di daerah-daerah pesisir pantai yang langsung berhubungan dengan pedagang-pedagang dari luar. Namun agama islam yang dibawa para pedagang belum dapat diterima masyarakat kerajaan konawe, sebab pada saat itu masyarakat masih menganut animisme dan dinamisme.
Pada masa pemerintahan Mokole Lakidende sekitar abad ke-18 agama islam mulai diterima oleh masyarakat kerjaan konawe. Pada masa pemerintahan ayahnya Maago Lakidende sudah belajar agama islam dipulau Wawonii, bahkan ketika beliau diangkat menjadi raja di konawe beliau tidak berada di tempat, tetap sementara di pulau wawonii. Dan dilanjutkan dengan memperdalam seni baca Al-Qur’an di Tinanggea. Lakidende kemudian menikah dengan Wemanipa (waalumina) putri dari Imbatosa di Ngapaaha (Dokumenta, 1977). Dari Tinanggea kemudian beliau kembali ke unaaha untuk menerima jabatan yang telah disepakati oleh dewan kerjaan dan mengangkat Latalambe sebagai perdana menterinya.
Penobatan Lakidende sebagai Mokole di Konawe mempengaruhi perkembagan agama islamdi kerjaan konawe. Mokole sangat mencintai agama islam dan sangat patuh menjalankan syariat islam dan dalam kedudukannya sebagai mokole sangat mendukung usaha penyebaran islam dikalangan rakyatnya.
Seperti diketahui bahwa islam tidak memaksakan kepada siapapun untuk memeluk agama tersebut, makan dalam proses masuknya islam di indonesia umumnya dan kerajaan konawe khususnya tidak menimbulkan pertentangan dikalangan masyarakat meskipun masyarakat indonesia telah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Dengan demikian islam masuk secara damai, jadi masyarakat tidak marasa dipaksa dan lama kelamaan kebudayaan islam sedikit demi sedikit masuk dalam pola kehidupan masyarakat. Disamping itu didukung adanya toleransi dari para penyiar islam tersebut.
Pusat-pusat perkembangan islam di indonesia pada awalnya melalui pusat-pusat perdagangan, karena yang pertama kali mengadakan kontak dengan para pedagang islam adalah masyarakat yang berada dipesisir pantai. Hal ini dikarenakan alat transportasi laut dapat menghubungkan antara dua wilayah adalah melalui laut sehingga pada awal perkembangan islam daerah pesisirlah yang menjadi pusat penyebaran islam. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya kerajaan-kerajaan islam di pesisir pantai.
Pusat-pusat penyiaran islam di kerjaan konawe dimulai di pesisir pantai antara lain pantai tinanggea, kolono, torobulu, ngapaaha, lasolo, dan muara sampara. Setelah itu barulah islam masuk di daerah-daerah pedalaman termasuk di pusat kerajaan konawe di unaaha.
Sebagaimana diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mokole Lakidende pedagang-pedagang dari bugis dan buton semakin ramai mengunjungi kerajaan konawe. Disamping itu berdagang mereka juga rajin menyiarkan agama islam sehingga masyarakat semakin giat belajar Al-Qur’an.
The next time....!!!
SALURAN-SALURAN ISLAMISASI DI KERJAAN KONAWE. (sabar aja nti di sambung pada postingan berikutnya.....capek juga ngetik....)
Sumber:
Aswati. 2010. Sejarah Lokal Sultra (daerah Kendari dan Kolaka). Hand Out Prodi sejarah FKIP Unhalu Kendari. Hlm. 20-21.
sejarah islam di konawe masi sangat rancu. sebaiknya dijlaskan pula orang2 yang membawa ajaran islam pertama di konawe, namanya siapa,dri negara mana agar kami-2 ini yang msih sngat minim pengetahuan tentang sejrah itu dpat tercerahkan
BalasHapusada sebuah artikel yg pernah saya baca bahwa yang membawa islam di Konawe itu adalah sultan Buton Pertama yang bernama La kilaponto (Sultan Murhum) dan di Konawe lebih di Kenal dengan nama Haluoleo. mohon pencerahannya...by idhar Konsel
BalasHapus