Cari

Rabu, 01 Desember 2010

Pakaian Adat Pernikahan Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara

Melalui tahapan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mempengaruhi pula perkembangan tata busana, yang pada mulanya pakaian bagi orang tolaki dibuat dari bahan kulit kayu yang dihaluskan atau Kinawo (istilah lokal), maka mulailah dikenal tekstil sebagai bahan yang digunakan untuk bahan pakaian. Generasi terdahulu telah menciptakan pakaian dan kelengkapannya sesuai dengan kebutuhan zamannya, fungsi, tujuan, kegunaannya dan kelompok usia pemakaiannya, bahkan status sosial dari pakaiaannya.

Pakaian adat Tolaki yang sampai saat ini dikenal yaitu pakaian adat pernikahan atau busana yang dipakai oleh pasangan pengantin. Busana pengantin wanita disebut Babu Nggawi, artinya baju khusus untuk pengantin. Menurut bentuknya disebut Babumbineboto. Babumbineboto maksudnya ialah baju yang tidak terbelah pada bagian depan seperti biasanya baju perempuan misalnya kebaya, akan tetapi hanya mempunyai lubang kepala yang terbelah sampai bagian atas dada.

Apabila baju tersebut diberi pita-pita hias pada bagian pinggir bawah, maka biasanya disebut juga Babumbinarahi. Warna yang pilih apda umumnya warna coklat, merah, biru, kuning bahkan ada yang hitam. Sebagai warna dasar adalah merupakan tradisi menyukai warna yang tua atau tajam.

Bahan pengantin wanita juga dibuat dari bahan yang sama dengan bahan baju. Model sarung dibentuk sedemikian rupa sehingga etap menyerupai penataan sarung pada kebiasaan namun model atau bentuk yang sesungguhnya adalah menyerupai rok panjang. Kalau warnanya tidak sama dengan warna baju, biasanya sarungnya terdiri dari sarung yang bercorak geometris atai bercorak segi empat bercampur dengan ornamen tumpul (segi tiga). Antara warna dasar dan corak yang berkotak-kotak, terdapat perbedaan. Biasanya sarung tersebut terbuat dari benang yang berwarana cemerlang keputihan atau kuning keemasan, dibentuk dalam garis kotak-kotak.

Busana pengantin wanita dilengkapi dengan Sulepe atau Salupi (ikat pinggang), biasanya ikat pinggang itu berwarna putih perak atau kuning keemasan. Bahannya terbuat dari logam yang disebut dengan air mas atau perak. Sedangkan tata busana pengantin pria pada umumnya terdiri dari baju, celana, sarung dan tutup kepala. Baju pengantin pria juga disebut Babunggawi. Celananya disebut Saluaro, sarung disebut osawu dan tutup kepala disebut Tutu Ulu atau Pabele (destar).

Seperti halnya busana pada pengantin wanita maka busana pengantin pria terbuat dari bahan tekstil seperti kain beludru, satin dan lain sebagainya. Baju pria mirip dengan baju orang Melayu yang disebut Babu Kandiu. Cirinya ialah, kerag berdiri, lengan panjang dan terbelah pada bagian depan. Kancingnya kadang-kadang terbungkus dengan carik kain dari bahan baju. Kadang-kadang pula memakai kancing-kancing putih atau kuning cemerlang. Kancing semacam ini biasanya terbuat dari logam. Pada bagian kerag dan sepanjang pinggir baju itu dihiasi dengan pita-pita berwarna kuning atau putih cemerlang pula.

Celana pengantin pria disebut Saluaro Ala, bentuknya agak sempit, panjangnya hanya sampai pada buah betis, pada bagian luar ujung bawah terbelah. Maksudnya supaya mudah dikenakan dan tidak menghalangi untuk bergerak. Bahannya sama dengan bahan baju, warnaya kadang-kadang sama dengan warna baju dan kadang-kadang pula berbeda dengan warna baju.

Sarung bagi pengantin pria dililitkan pada pinggang yang membalut celana. Sarung yang membalut celana panjangnya haya sampai diatas lutut. Pada pinggang sarung dikebat dengan sebuah ikat pinggang yang disebut sulepe atau salupi, sehingga lilitan sarung tidak mudah terlepas. Sarung pria biasanya bercorak lurik persegi empat atau membuat ornament kotak-kotak yang diselingi oleh benang-benang cemerlang berwarna putih atau kuning.

Pabele atau penutup kepala pengantin pria bahannya terdiri dair tekstil. Setidak-tidaknya harus sama dengan bahan baju dan celana. Bentuknya tegak membalut kepala, ujung atas atau puncaknya kelihatan runcing. Agar dapat berdiri tegak, maka pada bagian dalam dilapisi dengan kain pelapis yang keras atau dengan plastik yang dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk siap pakai. Sekeliling pinggir pabele dibis dengan pita renda yang berwarna kuning cemerlang dan pada bagian lainnya dilekatkan hiasan-hiasan yang berwarna kuning cemerlang sehingga tampak berkilauan.

Sulepe atau salupi pada pengantin pria terbuat dari logam ada yang putih perak dan ada pula yang kuning keemasan. Sulepe dipakai untuk mengebat sarung agar tidak mudah terlepas dari pinggang. Pada sulepe biasanya diselipkan sebilah keris yang disebut leko (keris jawa).

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pakaian adat tradisional merupakan seperangkat pakaian beserta kelengkapannya yang dikenakan oleh suku bangsa secara turun-temurun yang merupakan identitas, yang memiliki nilai etika, estetika, simbolik, religius dan sosial sekaligus sebagai pakaian yang dapat dibanggakan oleh sebagian besar pendukung kebudayaan tersebut.

Sumber Bacaan:

Chalik, Husein A. et. al. (1984/1985). Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Mananamkan nilai-nilai Budaya Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari: Bagian Proyek Inventarisasi dan Pemebinaan Nilai-Nilai Budaya Sulawesi Tenggara.


1 komentar:

  1. Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography. Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.
    HIS Graha Elnusa
    Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)

    BalasHapus